Hm, pasti semua sudah mengenal sarana komunikasi audio satu ini. Radio merupakan media paling tua yang sering menemani mengisi kekosongan kesibukan masyarakat kota (masyarakat mobile) dengan ciri khas rutinitas. Berbagai rasa kesal dan jenuh akhirnya bisa berkurang (atau bahkan menghilang), ketika terdengar di sudut sana suara penyiar favorit yang merdu menyapa dengan ramah siapa saja:
“Hello..selamat pagi sobat-sobat dunia maya, dimanapun anda berada…. Inilah radio… yang mengudara pada gelombang 92.8 FM, bersama saya yang menemani anda sampai dg pukul.. … Ok, sebagai penghantar perjumpaan perdana , sebuah nomor lagu anyar yang dipersembahkan oleh ….menemani awal perjalanan anda di pagi hari yg cerah ini…” .
Kita yang sedang dalam perjalanan pulang kantor itu, merasakan sesuatu yang mengisi “kekosongan” diantara kemacetan lalu lintas yang semakin menjadi-jadi di hampir semua kota besar itu. Radio di masa kini, yang telah bermetamorfosa menjadi pembawa berita terhangat bersama iringan lagu-lagu manis itu, telah menjadi teman setia banyak orang di jalan. Semua orang dari berbagai usia (tidak hanya para remaja yang mengandrunginya), bisa dipastikan mendengar radio di dalam mobilnya, atau bahkan di ruang tunggu bandara, di pelabuhan laut, di lobi stasiun kereta api dstnya bersama earphone HP kesayangan. Mulai dari mereka yang berada ujung pulau Sumatera (mendengar “radio Flamboyan” di Banda Aceh), hingga yang berada di kota sejuk di Bandung dg “Radio Oz”nya. Mereka yang tinggal di kota panas di kota Medan dengan Radio “Kiss 105 FM”-nya hingga ke “radio Yudha 90.2 Fm” di kota Denpasar yang hingar bingar dengan suasana party orang bule dan tiupan angin laut itu…Bahkan ketika menunggu di bandara Sutan di Kota Ternate, disana ada “radio Rosensa Fm 102.6″ yang setia menemani. Ketika saya harus mondok satu tahun di kota Adelaide (Australia Selatan), radio-radio disana juga kerap menjadi teman setia mengisi kekosongan waktu dalam kesunyian di malam hari sebagai mahasiswa sambil mengerjakan tugas-tugas kuliah yang seakan tiada habis-habisnya itu…
Ketika “Radio Garuda Suriname NV” secara mengejutkan memutarkan lagu-lagu berbahasa pop Indonesia dan lagu Jawa dalam berbagai versi genre musik saya terkaget-kaget. Betapa kita kemudian semakin memahami, betapa kedua negara ini sebenarnya berasal dari satu nenek moyang dan budaya yang sama, bahkan satu suku. Hanya karena sejarah kolonialisasi dan letak geografis yang terpisah jauh itu (Suriname berada di benua Amerika Selatan) , yang kemudian memisahkan kebiasan-kebiasan hidup kita menjadi dua entitas yang berbeda. Padahal kedua negara, sama-sama bermayoritas penduduk suku Jawa.
Surprise lain ketika saya menyasar ke “Radio Bakhtar“ yang berlokasi di daerah konflik, yang ternyata tetap mengudara meskipun di tengah berbagai ledakan bom bunuh diri yang tiada habis-habisnya di Afghanistan tersebut. Lagu-lagu berbahasa Arab-Afghan itu tetap mengudara dengan nada-nada gembira, yg seperti acuh tak acuh saja dengan situasi carut marutnya perpolitikan dan perang berkepanjangan di negara muslim tersebut. Mungkin ini yang dimaksud dengan moto radio RRI di Indonesia kita itu, bahwa “Sekali Di UDARA, akan tetap Di Udara…?!“.
“Radio Dardania” dari negara Albania juga tak kalah menarik. Dengan format yang sama seperti radio-radio di Indonesia akhir-akhir ini, yang sering menyiarkan berbagai diskusi (dialog) langsung dengan masyarakat mengkritisi berbagai hal di negaranya (meskipun tentu saja saya tidak mengerti banyak bahasa yang digunakan). Tampak hampir semua radio dewasa ini melakukan fungsi kontrol sosialnya dengan format demikian, ialog langsung dengan masyarakat untuk mengkritisi berbagai hal-hal aktual yg membuat rakyat kesal. “Radio Bhojpuriya 92.8 FM“ dari Nepal yaitu negara berlokasi di area pegunungan Asia itu, juga menjalankaan format kritik sosial yang sama melalui radio. Sekali-kali diselingi lagu Barat dan lagu pop berbahasa Nepal yang juga semakin trend akhir-akhir ini disemua daerah dan negara di dunia, yang disebut dengan genre World Music.
“Radio des Comnares” dari negara Comoros, mengudara dengan menggunakan bahasa Perancis (bahasa mantan penjajahnya), meskipun dengan dialek Perancis khas Komoro. Lalu ada juga “Radio Kriola” dari negara Cape Verde yang berasal dari benua Afrika, yang rajin mengumandangkan lagu-lagu Word Music yang mengkombinasikan lagu pop dg unsur musik etnik. Dan lagu-lagu tersebut tetap terdengar gembira mengalun di udara jagad maya dengan berbagai genre seperti jazz dan dance. Meskipun Cape Verde merupakan salah satu negara miskin di kawasan itu. “Radio Kaninn” dari Islandia yg berlokasi di benua Eropa, juga mengudara dengan menyelipkan berbagai acara talk show yg berbau politik. Yang menarik tentu radio-radio dari negara tetangga jiran kita yaitu Malaysia, seperti “Radio Sabah FM“, “Radio Selangor FM” dan sebagainya yang mengudara menggunakan bahasa Melayu khas Malaysia. Meskipun ketika sampai ditelinga orang Indonesia menjadi terdengar aneh dan lucu, tapi lalu menjadi hiburan tersendiri bagi kita. Malaysia, Brunei, Singapore diantara sedikit negara yang siaran radio di dunia mayanya bisa kita mengerti secara utuh karena sering menggunakan bahasa Melayu. Iklan-iklan di radio itupunmenjadi hiburan tersendiri karena perbedaan dialek dan logatnya tersebut.
Satu hal yang patut direnungkan , apapun bahasa yang mereka gunakan akan tetapi pada saat mengudarakan lagu-lagu Pop Barat, justru hampir tidak ada bedanya diantara semua radio tersebut (termausk dengan radio di Indonesia sekalipun). Pada saat lagu-lagu pop Barat yang sudah mewabah terkenal ke seluruh dunia itu, seperti yg dinyanyikan oleh Michael Jackson, Shania Twain Lady Gaga dstnya itu dikumandangkan, sulit membedakan bahwa yang mengudara itu adalah radio dari Indonesia, dari kota New York di Amderika, atau dari kota Paris (Perancis) atau bahkan dari negara Ethiopia di Afrika sana… Teknologi Internet (baca: Radio Internet) telah mengaburkan dimensi jarak dan waktu yang selama berabad-abad silam telah memecah dan membedakan masyarakat dunia menjadi sekat-sekat kaku yang primordial bernama negara itu…..
Kini, ketika dunia semakin menyempit oleh perkembangan pesat Teknologi Informasi (Internet), maka banyak dimensi perbedaan antar bangsa, masyarakat dan negara itupun akhirnya ikut menyempit dan mengabur. Kehidupan masyarakat di kota-kota di dunia dewasa ini hampir tidak berbeda secara signifikan, paling tidak jika dilihat dari sudut pandang gaya komunikasi masyarakat kota, budaya, sosiologi (primary/secondary group) , bahkan Agama (karena agama yang sama kini ada dimana-mana). Radio yang banyak diawaki oleh komunitas anak-anak muda itu, telah mengikuti (secara sadar atau tidak) apa yang disebut dengan budaya Pop (Pop Culture). Bagi komunitas mereka, sekat-sekat perbedaan primordial yang dulu sering kali memicu konflik, kebencian bahkan perang di kalangan nenek moyangnya tersebut, kini tidak relevan lagi mereka permasalahkan. bagi mereka, perbedaan hanya menjadi salah satu warna dalam kumpulan warna pelangi yang sudah menjadi kehendak alami masyarakat, yang justru menjadi menarik karena perbedaannya tersebut. Perbedaan itu bukan sumber konflik, akan tetapi justru sumber inspirsi karena keindahannya. Bukankah PELANGI indah karena perbedaan warna-warninya dalam satu kesamaan, yaitu warna..?
“We are living on the same Earth!”, kata group kondang the Scorpions dalam lagunya “Wind of Change“, yang tiba-tiba meluncur dari “Radio Azul 99.9 FM” dari negara Costa Rica itu, seakan mewakili suara hati anak muda generasi Internet sekarang ini.
Mungkin Lennon benar. Seandainya dunia ini bersatu (maka tidak ada lagi sekat-sekat kaku yg membedakan), mungkin dunia ini bisa lebih baik, mungkin kita akan hidup lebih aman dan damai… Lalu, apakah teknologi internet sedang membawa kita semua (masyarakat dunia) menuju ke arah sana..? Melalui proses “penyempitan” dunia yang bernama proses Virtualisasi itu? Dan RADIO INTERNET menjadi salah satu instrumen penting dalam proses tersebut?
Wallahualam…! Mungkin waktu yang akan membuktikannya kelak…
Suara penyiar ini (yg diterjemahkan ke bhs Indonesia), menghentakkan saya dari lamunan:
(”Ok deh,..saya Shanaz Al Azham dari cyber city di Dubai undur diri dulu dari udara…salam manis buat rekan-rekan setia radio Internet dimanapun ….Buat Olieveira di Bahia, Brazil..Buat Michelle di Bordouex..dan juga buat Anna Khapoor di Seychelles..dan bung Rendra Tris di Cimahi, Indonesia…Terima kasih atas permintaan lagu2nya…Selamat beraktivitas..sukses selalu untuk anda…! Wassalammualaikum….Dan nikmati sebuah nomor lagu pamungkas “IMAGINE” dari kartya monumental John Lennon… Salam Cyber dari radio Rarmaradio di gelombang http://www…… …Bye2 for now…! Ciao…sayonara…Au revoir…dan auf wie dersein..for all….!“).
Dan sayup-sayup lagu “Imagine” itupun akhirnya menghilang di kejauhan, di udara dunia Maya…bersamaan dengan menghilangnya menu-menu program Radio Internet Rarmaradio , dan di-kliknya tombol shut down komputer…..
Komentar :
Posting Komentar